Respirasi adalah Pertukaran gas antara udara inspirasi dan darah ( pengambilan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida )
Fisiologi paru sangat penting dalam praktik anesthesia karena:
1. Zat anestetik yang paling sering digunakan yaitu agen inhalasi bergantung pada paru untuk uptake dan eliminasinya.
2. Efek samping terpenting zat anestetik baik inhalasi dan intravena berhubungan dengan system respirasi.
3. Paralisis otot, posisi saat pembedahan, dan teknik operasi menggunakan ventilasi satu paru dan cardiopulmonary bypass secara nyata mengubah fisiologi paru.
Jenis respirasi :
1. Metabolisme aerob → 38 ATP
2. Metabolisme anaerob → 2 ATP
Pertukaran gas secara periodik dalam alveolus, meresaturasi darah dan mengeliminasi CO2. Pertukaran ini terjadi akibat adanya perbedaan tekanan kecil dalam saluran napas. Saat ventilasi spontan, tekanan ini berubah sesuai dengan tekanan intratorakal. Dalam keadaan ventilasi mekanik tekanan ini diproduksi oleh tekanan positif intermiten di saluran napas atas.
Pergerakan paru bersifat pasif dan tergantung pada impedensi system respirasi, yang dapat dibagi menjadi resistensi elastik jaringan dan antarmuka gas-cair, dan hambatan nonelastik terhadap lairan gas. Hal yang pertama menguasai volume paru dan tekanan dalam kondisi stati (no gas flow). Yang kedua berhubungan dengan hambatan friksional aliran udara dan deformasi jaringan. Usaha yang diperlukan untuk melampaui resisrensi elastik disimpasn sebagai energi potensial, tetapi usaha yang dibutuhkan untuk melampaui hambatan nonelastik hilang sebagai panas.
Efek Anestesi Inhalasi pada Respirasi:
-Menurunkan FRC 15 – 20 %.
-Menurunkan compliance dinding dada dan paru-paru.
-Meningkatkan work of breathing.
-Meningkatkan dead space.
-Meningkatkan intra pulmonary shunting.
-Menyebabkan hypoventilasi.
Sumber: - Morgan. Clinical Anesthesia. 4th ed.
- other related resources