




Plan A
- Laringoskopi standard dengan blade yang sudah ditentukan
- Jika tidak berhasil diintubasi, maka coba intubasi kedua dengan ukuran blade yang berbeda
- Jangan coba intubasi lebih dari 2 kali (untuk mencegah meningkatnya risiko perdaraha,sekresi dan edema).
Plan B
- Laringoskopi langsung dan penggunaan bougie atau kateter intubasi
- Pastikan penempatan kateter intubasi dengan:
1. Palpasi leher anterior untuk mengetahui seberapa jauh letak kateter melewati glotis
2. Kateter 40 cm akan dapat mencapai karina dan menghasilkan adanya tahanan (tidak adanya tahanan menandakan kateter masuk esofagus)
3. Jika menggunakan kateter intubasi,evaluasi dengan monitor ETCO2
Plan C
- Insersi LMA (disposable, FastrachTM, Proseal TM)
- ETT ukuran 5,0 atau 6,0 akan dapat masuk melalui LMA (dengan/ tanpa bantuan fiberoptic)
Plan D
- Hentikan anestesi dan bangunkan (awaken) pasien
- Lakukan intubasi awake dengan fiberoptic
- Lakukan pembebasan jalan nafas dengan teknik pembedahan (surgical airway), misalnya dengan trakestomi.
Sumber: Morgan GE, Mikhail MS, Murray MM. Clinical Anesthesiology 4th ed.
semua alat dgn berbagai ukuran dah tersedia di RS blm?klo utk anak,muscle relaxannya pake apa?dosis?
BalasHapusMUSCLE RELAXANT IN PEDIATRICS
BalasHapusSelama beberapa tahun terjadi kontroversi tentang apakah neonatus dan bayi lebh sensitif terhadap pelumpuh otot nondepol dibanding dengan pada dewasa. Beberapa penulis menyatakan bahwa neonatus lebih sensitif terhadap pelumpuh otot nondepol berdasarkan data bahwa terjadi berkurangnya ventilasi pada neonatus dengan dosis pelumpuh otot yang sama atau lebih kecil (dibanding dewasa). Hal ini mungkin disebabkan:
1. Perbedaan pada bentuk diafragma
2. Lebih mudahnya difragma neonatus mengalami fatique/ kelelahan dan lebih mudah mengalami stress (dibandingkan pada dewasa)
3. Diafragma neonatus langsung mengalami paralisis bersamaan dengan paralisis otot-otot perifer (pada dewasa terjadi paralisis diafragma terjadi kemudian).
Fisher dkk. dalam penelitiannya menyebutkan bahwa neonatus mengeliminasi kurare lebih lambat karena:
1. Besarnya volume distribusi dan
2. Kecilnya laju filtrasi glomerulus
Infants sangat bergantung pada denyut jantung untuk memelihara COP (cardiac output) karena dinding otot jantungnya yang relatif lebih tebal dan kaku. Dengan demikian memelihara denyut jantung pada bayi sangat penting untuk memelihara perfusi organ. Oleh karena itu, pancuronium (yang seringkali menyebabkan takikardia) seringkali digunakan sebagai pelumpuh otot untuk neonatus. Pancuronium ini menghambat terjadinya bradikardia akibat obat anestesi inhalasi dan narkotik.
Dosis pancuronium tidak berbeda untuk anak dengan Penyakit Jantung Bawaan (PJB) dan shunt (pirai) intrakardial. Obat ini tidak menyebabkan perubahan denyut jantung ataupun tekanan darah bila diberikan secara perlahan pada pasien. Di lain sisi, apabila diberikan dengan cepat obat ini dapat meningkatkan denyut jantung dan hipertensi ada anak melalui efek simpatomimetiknya, yang mana hal ini kadang dibutuhkan untuk meningkatkan COP bayi yang mana stroke volume-nya cenderung tetap
Sumber Pustaka:
Gregory, George A.. Pediatric Anesthesia. 4th ed. Churcill Livingstone. Philadelphia, 2002.
AIRWAY MANAGEMENT EQUIPMENT
BalasHapusBelum semua jenis dan ukuran berbagai alat airway tersedia di rumah sakit. Misalnya untuk Fiberoptic Bronchoscopy hanya dimiliki beberapa rumah sakit tertentu.
hal ini mungkin disebabkan oleh harga-harga alat tersebut yang relatif sangat mahal.
akan tetapi, mengingat beberapa alat tidak tersedia, kita dapat menggunakan cara dan alat-alat yang lain untuk tatalaksana airway. Airway dapat dikelola baik tanpa menggunakan alat atau dengan menggunakan alat-alat sederhana maupun tindakan lainnya sesuai dengan algoritma tatalakana Difficult Airway di atas.