Kamis, 22 April 2010






Bradikardia adalah HR kurang dari 60 kali/ menit
Bradikardia tidak jarang ditemukan pada pemeriksaan fisik rutin2,5. Bradikardia dapat secara normal terjadi pada dewasa, atlit yang terlatih, dan pasien geriatrik ataupun saat kita tidur. Bradikardia juga merupakan respon normal akibat stimulasi vagal akibat batuk, muntah, atau mengejan selama defekasi. Ketika bradikardia disebabkan oleh hal-hal tersebut, HR jarang menurun hingga di bawah 40 kali/menit. Akan tetapi, apabila disebabkan oleh penyebab patologis (misalnya gangguan jantung) maka HR dapat menjadi lebih lambat5.
Bradikardia sendiri bukan merupakan tanda yang spesifik. Akan tetapi apabila disertai dengan gejala misalnya nyeri dada, sinkop, sesak, dan penurunan kesadaran maka bradikardia dapat menandakan suatu penyakit yang mengancam nyawa5.
Setelah mendeteksi bradikardia, periksalah tanda-tanda yang relevan dari penyakit yang mengancam nyawa. Jika bradikardia tidak disertai dengan tanda-tanda tersebut, tanyakan pada keluarga apakah pasien memiliki riwayat bradikardia karena bradikardia ini mungkin diturunkan. Tanyakan juga tentang penyakit metabolisme misalnya hipotiroid yang dapat menyebabkan bradikardia5.
Bradikardia ini dapat disebabkan oleh beberapa sebab, yang dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu:
1.Penyebab non-kardiak
Penyebab non-kardiak sebagian besar merupakan akibat sekunder dari sebab lain, misalnya penggunaan obat-obatan, gangguan metabolik atau endokrin (terutama tiroid), ketidakseimbangan elektrolit, faktor neurologis, refleks autonom, faktor situasional, dan autoimunitas.

2.Penyebab kardiak
Penyebab kardiak termasuk penyakit jantung iskemik akut maupun khronis, penyakit jantung vaskular, penyakit jantung katub, atau penyakit konduksi jantung4,5.

Secara garis besar, penyebab kardiak ini terbagi menjadi 3 macam yaitu:
1.Automatisitas yang terdepresi
2.Blok konduksi
3.Irama ektopik

Akronim VINDICATE bisa digunakan untuk mengevaluasi penyebab bradikardia, yaitu:

1.V—Penyakit Vaskular
Penyakit vaskular yaitu infark myokardial terutama dinding inferior dan anteroseptal. Arteriosklerosis juga menyebabkan iskemia pada sistem konduksi saraf.
Sinus bradikardia merupakan aritmia yang paling sering terjadi pada pasien infark miokard. Tanda dan keluhan lain yang menyertai infark miokard adalah rasa nyeri pada dada yang menjalar ke rahang, bahu, lengan, punggung, atau epigastrium, mual dan muntah; kulit dingin, basah, pucat; kegelisahan, dan dispneu. Tekanan darah dapat meningkat atau menurun. Pemeriksaan auskultasi mungkin menghasilkan suara jantung abnormal.

2.I—Penyakit Inflamasi
Penyakit inflamasi yaitu misalnya meningitis, abses serebral, penyakit myokarditis viral, dan diphteria.

3.N—Penyakit Neurologis
yaitu dalam hal ini adalah semua penyebab yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial (TIK), misalnya subarachnoid hemorrhage (SAH) dan tumor serebral.
Bradikardia terjadi sebagai tanda lambat dari peningkatan TIK selain dengan peningkatan laju nafas (respiratory rate,/RR), peningkatan tekanan sistolik, penurunan tekanan diastolik, dan pelebaran tekanan nadi. Tanda lain yang berhubungan termasuk nyeri kepala yang persisten, muntah yang proyektil, penurunan kesadaran, dan pupil yang dapat terfiksasi, anisokor.

4.D—Penyakit Degeneratif atau Defisiensi, misalnya beriberi.

5.I—Intoksikasi, akibat myokardiomyopati alkoholik, digitalis, propranolol. Hipokalemia akibat diuretik khlorotiazid dan hiperkalemia akibat spironolakton.

6.C—Penyakit Kongenital, misalnya penyakit jantung bawaan.

7.A—Penyakit Autoimun, yaitu berbagai penyakit autoimun yang dapat menyebabkan bradikardia atau blokade jantung, misalnya lupus erythematosus, dan demam rematik4,5.

8.T—Trauma.
Terjadinya irama bradiasistol pada pasien trauma seringkali disebabkan adanya hipovolemia berat, hipoksemia berat, atau kegagalan sistem kardiovaskular dan respirasi11.
8.1 Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) akibat trauma kepala.
Nyeri kepala persisten bila disertai bradikardia pada pasien trauma kepala bisa menunjukkan adanya kenaikan TIK akibat lesi massa yang menyebabkan pendesakan. Lesi masa tersebut dapat disebabkan oleh perdarahan intrakranial akibat trauma kepala. Gejala dan tanda yang lain dapat berupa hipertensi, tekanan nadi yang melebar, muntah proyektil, pupil anisokor dan terfiksasi, dan penurunan kesadaran5.
8.2 Trauma Medulla Spinal Servikalis
Bradikardia dapat terjadi secara cepat maupun beberapa saat setelah cedera spinal servikalis bergantung pada beratnya trauma. Onset bradikardia ini bersamaan dengan denervasi simpatis. Tanda-tanda lain yang menyertai dapat berupa hipotensi, penurunan suhu badan, peristaltik yang melambat, paralisis kaki, dan paralisis otot-otot respirasi.
Respon yang segera terjadi setelah kompresi medulla spinalis adalah stimulasi simpatis masif dan aktivitas refleks parasimpatis yang mana terjadi dalam 3-4 menit dan ini dimediasi oleh reseptor adrenergik alfa. Efek hemodinamik yang terjadi adalah hipertensi berat dan refleks bradikardia atau takiaritmia. Setelah respon awal ini, hilangnya fungsi neurologis di bawah medula spinalis yang mengalami trauma menyebabkan hal yang disebut syok spinal. Terjadi paralisis flasid otot-otot rangka, arefleksia, hilangnya tonus simpatis (hipotensi dan bradikardia pada trauma thoraks tinggi atau cervikal, meningkatnya kapasitansi vaskular), poikilotermia dan flasiditas traktus gastrointestinal dan kandung kemih sehingga terjadi ileus generalisata dan retensi urine5.
8.3 Tanda kardiovaskular bifasik pada pasien perdarahan akut.
Evidensi eksperimental dan observasi klinis membuktikan bahwa apabila tanpa resusitasi maka respon HR terhadap berkurangnya volume darah sirkulasi adalah bifasik. Pada fase pertama, baroreseptor memediasi refleks vasokonstriksi dan akselerasi jantung akan memelihara tekanan arterial meskipun terjadi penurunan CO. Oleh karena itu fase ini ditandai dengan takikardia dan normotensi. Fase yang kedua adalah ketika terjadi sekitar sepertiga volume darah sirkulasi. Sistem simpatis menyebabkan vasokonstriksi dan cardiac drive mendadak hilang, dan pengaruh vagal terhadap jantung meningkat. Hal ini secara simultan akan menurunkan MAO dan HR. Pada hipovolemia berat tersebut, bradikardi terjadi pada fase kedua respon kardiovaskular terhadap perdarahan akut agar terjadi waktu yang lebih lama untuk pengisian ventrikel sehingga meningkatkan stroke volume. Bradikardia ini mungkin dihasilkan dari aktivasi vagal sebagai refleks reseptor mekanik pada dinding ventrikel kiri. Pengenalan dini reaksi cardioinhibisi-vasodepresor terhadap berkurangnya volume sirkulasi ini sangatlah penting karena terjadinya bradikardia dan hipotensi dapat menandakan akan terjadinya kolaps sirkulasi14,12,13.
9.E-Penyakit Endokrin, misalnya penyakit hipotiroid, penyakit Addison (hiperkalemia), aldosteronism (hipokalemia), dan hiperparatiroidis (hiperkalsemia).
Hipotiroid menyebabkan bradikardia selain kelelahan, konstipasi, penambahan berat badan yang tidak wajar, dan sensitif terhadap dingin. Tanda lain yang berhubungan meliputi kulit yang yang dingin dan kering, rambut kepala yang kering, pembengkakan wajah, edema periorbital, konfusi hingga stupor.

--**--
Sumber Pustaka
1.J.P. Des borough. The Response Stress to Trauma and Surgery. Advanced search. http. BJA. com. British Journal of Anesthesia. Accessed March 22, 2010.
2.Morgan, EG., Mikhail, MS., Murray, MJ., Clinical Anesthesiology. 4th edition. Mc Graw-Hill Companies, Inc. 2006; 400.
3.Stoelting, R.K., Miller,. Basics of Anesthesia 5th ed. Churchill Livingstone Elsevier, Philadelphia. 2007; 639.
4.Kaplan, Reich, lake Konstadt. Kaplan’s Cardiac Anesthesia. Elsevier, Phladelphia. 2006; 84-5.
5.Bradikardia. www.wrongdiagnosis.com/b/bradycardia. Accessed December 10, 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar